Lantunan lagu Indonesia Raya menjadi pembuka dalam acara Roadshow Parlemen Muda Indonesia. Kegiatan yang berlangsung pada Selasa (20/08) ini merupakan agenda dua tahunan dari Indonesian Future Leaders (IFL). Berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya, roadshow kali ini diadakan diberbagai kota di penjuru Nusantara, salah satunya ialah di Makassar  yang bertempat di Gedung Graha Pena lantai 4. Local partner untuk roadshow wilayah Makassar sendiri dipercayakan kepada Indonesian Future Leaders Chapter Sulawesi Selatan dan dimoderatori oleh delegasi Makassar untuk Parlemen Muda 2012, Iona Hiroshi.
            Peka, Pahami, dan Putuskan merupakan 3 bagian materi yang akan dibawakan oleh 3 pemateri yang berbeda pula. Materi pertama dibawakan oleh Rene Suhardono (@reneCC) yang merupakan career coach, public speaker, dan trainer penulis. Beliau juga adalah penulis buku ‘Your Job Is Not Your Career’. Sebagai orang yang memiliki personal branding yang menarik, Rene menyampaikan materinya dengan begitu atraktif. “Make meaning, not money” adalah salah satu motivated words dari pria yang juga merupakan founder dari @ImpactFactoryID ini.
            Selain Rene, salah satu mahasiswa Hukum UI, Benjamin Harahap, juga hadir memberikan materi seputar politik praktis. Pada sesi ini, peserta menjadi lebih paham dengan tugas-tugas dari DPR, DPD, dan sebagainya.

            Materi terakhir dibawakan oleh Gigih Septianto yang menjelaskan tentang IFL. Adapun salah satu program kerja terbaru dari IFL yaitu @ruangguru. Program ini merupakan wadah untuk siapapun yang memiliki ketertarikan untuk mengajar dan membagikan ilmu yang dimilikinya.
            Selain itu, mahasiswa IT Telkom ini juga menjelaskan tentang teknis seputar pendaftaran delegasi Parlemen Muda yang akan dilaksanakan pada 2014 mendatang. Dan sebagai langkah awal, roadshow kali ini dilengkapi dengan simulasi kampanye layaknya calon legislative yang akan mengikuti pemilihan umum.

            Antusiasme peserta maupun ide-ide solutif dari wakil-wakil partai seolah membawa angin segar bagi dunia perpolitikan Indonesia. Diakhir acara, Partai Palu Butung keluar sebagai pemenang kampanye, mengalahkan 3 partai lainnya, yaitu Partai Losari, Partai Pemuda Peduli Indonesia, dan Partai Massediki.

            “Kegiatan ini berlangsung dengan sukses berkat kerja keras panitia, semangat peserta yang sangat besar, dan pemateri yang begitu banyak memberi pencerahan kepada kami semua. Kami ucapkan banyak terima kasih kepada siapapun yang turut membantu dan memberi support terhadap kegiatan ini. Semoga kegiatan ini bisa menebar banyak manfaat bagi Dara dan Daeng Makassar.” Ujar Andi Riska, founder IFL Sulsel diakhir acara. (Andi Ayuni Dara Uleng, Wakil Sekertaris IFL Sulsel)


Mencerdaskan kehidupan bangsa merupakan tujuan utama bangsa Indonesia. Salah satu upaya untuk mencapai tujuan tersebut yaitu melalui pendidikan. Pendidikan yang dimiliki oleh suatu bangsa akan berdampak pada peradaban bangsa tersebut. Hal ini dikarenakan pendidikan merupakan faktor utama untuk memajukan sebuah negara. Mencerdaskan kehidupan bangsa bukan hanya tugas pemerintah.

“Mendidik adalah tanggung jawab setiap orang terdidik. Berarti juga, anak-anak yang tidak terdidik di Republik ini adalah "dosa" setiap orang terdidik yang dimiliki di Republik ini. Anak-anak nusantara tidak
berbeda. Mereka semua berpotensi. Mereka hanya dibedakan oleh keadaan.”- Anies Baswedan

Berangkat dari hal tersebut, IFL Sulsel yang merupakan organisasi pemberdayaan pemuda untuk perubahan sosial menginisiasikan sebuah program jangka panjang yakni IFL Mengajar yang dimulai pada akhir bulan Maret 2013 dan berlanjut hingga saat ini. Ada sekitar 30 anak-anak sekitar-an UNHAS yang mengikuti kegiatan ini. Anak- anak tersebut ada yang belum bisa mencicipi indahnya pendidikan suplemen, bahkan ada anak yang belum bisa merasakan hangatnya bangku sekolah. IFL Mengajar hadir setiap Sabtu dan Minggu, Pukul 15.00- selesai di Ex-Rusunawa UNHAS.

Meskipun ilmu, tempat, dan fasilitas yang diberikan masih sangat terbatas, akan tetapi indahnya tawa riang dan keingintahuan anak- anak yang amat tinggi selalu menyemangati kami” Ujar Masita, salah satu pengajar di IFL Mengajar. Sama halnya dengan Masita, Project Officer IFL Mengajar yaitu Muhammad Awal Safar juga bersemangat menjelaskan kegiatan ini “Kita sadar, bahwa kita tidak boleh hanya mengutuk negeri ini dan menuntut agar anak bangsa dapat berpendidikan. Kita harus menyadari bahwa kita adalah kaum muda intelek yang harus berbagi dan berkontribusi demi terciptanya anak-anak Indonesia cerdas dan bermoral. Karena generasi selanjutnya harus lebih cerdas. mereka harus lebih kritis, dan harus lebih bisa!” Ujarnya.

Pada IFL Mengajar, Pembelajaran yang diberikan berdasarkan permintaan dari adik- adik IFL Mengajar (apa yang ingin diajarkan). Pada hari Sabtu adalah kelas akademik yaitu  pelajaran sekolah tetapi dengan konsep yang fun seperti Matematika Fun, English Fun, Bahasa Indonesia, PKn/Ilmu Sosial, dan IPA. Sedangkan hari minggu adalah kelas keterampilan seperti kerajinan tangan, menggambar, kebersihan diri, mewarnai, dan sopan santun.

Pada awal pembelajaran IFL Mengajar terkhusus untuk kelas akademik, pengajarnya akan dibagi berdasarkan pelajaran yang ingin dipelajari oleh murid- murid. Jadi, untuk kelas akademik murid terbagi berdasarkan mata pelajaran. Namun, karena metode pembelajaran ini dianggap kurang efektif dan efisien, sehingga pengajar dan official membuat kurikulum pembelajaran setiap minggunya yang dibagi berdasarkan tingkatan kelas.




Semoga apa yang kami lakukan dan apa yang mereka lakukan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dapat menginspirasi banyak orang di luar sana untuk bergerak, berdaya, dan menciptakan perubahan demi Indonesia yang lebih baik. (Sri Septiany Arista Yufeny, Sekertaris IFL Sulsel)


Selasa 28 mei 2013, siswa-siswi yang telah menempuh Ujian Nasioanal di dua SMA Negeri di Sulawesi Selatan, SMAN 1 Bulukumba dan SMAN 21 Makassar mengeksekusi niat mulia untuk melunturkan budaya corat coret dengan menyumbangkan pakaian seragam mereka. Aksi ini di jembatani oleh Indonesian Future Leaders (IFL) chapter Sulawesi Selatan sebagai organisasi kepemudaan yang bertujuan untuk mengoptimalisasi pemberdayaan pemuda di masyarakat dengan nama program “Abu-abu Heritage”.
            Kegiatan Abu-abu Heritage 2013 bukan kali pertama dilakukan. Sebelumnya kegiatan ini dilakukan di SMAN 1 Bulukumba di tahun 2012. Ekspansi spot kegiatan di anggap perlu melihat seluruh siswa siswi di Sulawesi Selatan membutuhkan inisiasi aksi dan berkaca pada kesuksesan kegiatan Abu-abu Heritage tahun lalu.  
            Dengan tema “Semangat Kelulusan, Semangat Berbagi”, kegiatan ini bertujuan untuk mengurangi budaya corat coret di kalangan siswa-siwi SMA menjelang pengumuman kelulusan dan menumbuhkan rasa saling berbagi kepada orang lain yang lebih membutuhkan.
            “Alhamdulillah kami tidak mencoret coret seragam kami waktu pengumuman karena kami sadar jika berbagi dengan mereka jauh lebih indah, oleh karena itu saya bersyukur, saya lulus dan mendonasikan putih abu abu saya agar mereka dapat merasakan kebahagiaan kami. Semangat berbagi,” tutur Dimas Pangeran Arvin, siswa SMAN 1 Bulukumba yang menjadi salah satu siswa yang menyumbangkan seragamnya.
            IFL Sulsel sebagai pihak penyelenggara kegiatan Abu-abu heritage tak melupakan luapan kesenangan yang dirasakan oleh siswa-siswi di SMAN 1 Bulukumba dan SMAN 21 Makassar menjelang pengumuman kelulusan. Kain putih, spidol, serta pilox disediakan sebagai media corat coret bagi mereka yang ingin sekedar mengukirkan nama pertanda kelulusan.
            Walaupun tidak sepenuhnya menghilangkan budaya corat coret dikalangan SMA, kegiatan Abu-abu Heritage merupakan aksi awal untuk menyongsong aksi yang lebih besar kedepannya hingga pada akhirnya budaya corat coret menjadi sejarah suram yang menjadi kenangan.
            Jumlah seragam yang berhasil di sumbangkan dari SMAN 1 Bulukumba yakni 18 pasang, baju batik sebanyak 9 lembar, 1 atribut sekolah, 2 pasang baju olahraga, dan buku 23 buah. Tak ingin kalah, SMAN 21 Makassar berhasil mengumpulkan 28 pasang seragam SMA dan 16 pasang baju pramuka.
            Hasil dari sumbangan tersebut kemudian di sumbangkan kepada anak yatim di panti asuhan di kota Makassar melalu program Komunitas Berbagai yang merupakan agenda KeKeR, salah satu rubrik di koran harian Fajar.

Mau tau keseruan Komunitas Berbagi? Berbagi ala IFL Sulsel, KeKeR, dan Komunitas Lain? Nantikan di postingan selanjutnya. Salam Pemuda Berdaya !!! (Masita, PR IFL Sulsel)